cover
Contact Name
Munirah Tuli
Contact Email
munirahtuli@ung.ac.id
Phone
+6281294614208
Journal Mail Official
jppt@apps.ipb.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Journal of Marine Research
ISSN : -     EISSN : 24077690     DOI : 10.14710/jmr.v9i4.28340
Core Subject : Agriculture, Social,
The Journal of Tropical Fisheries Management is managed by the Department of Water Resource Management, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University aims to publish the results of basic, applied research in the scope of fisheries resources, fish stock studies, and population dynamics, fish biodiversity, fisheries technology, industrialization and fish trade, fisheries management, and fisheries development policies in the tropics, especially Indonesia. The scope of the area includes: Marine Fisheries Coastal Fisheries Inland Fisheries The focus and scope of this publication are expected to contribute thoughts for the government to strengthen the science of fisheries management
Articles 17 Documents
Search results for , issue "Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research" : 17 Documents clear
Karakteristik Krim Tabir Surya dari Kappaphycus alvarezii Doty 1985 (Florideophyceae : Solieriaceae) Septi Beladini; A.B. Susanto; Ali Ridlo
Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.688 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v10i3.31272

Abstract

Paparan sinar ultraviolet yang terus menerus dapat menyebabkan kerusakan pada kulit. Upaya pencegahan dapat dengan menggunakan sediaan krim tabir surya. Rumput laut K. alvarezii adalah salah satu organisme laut yang diduga mengandung senyawa yang dapat dijadikan sebagai agen tabir surya alami. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik krim tabir surya dari ekstrak K. alvarezii. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut K. alvarezii kering yang diperoleh dari PT. Rumah Rumput Laut, Bogor. Rumput laut K. alvarezii diekstraksi dengan pelarut yaitu n-heksana, etil asetat, metanol Krim tabir surya dibuat menurut Mishara, (2018), dengan menambahkan empat ekstrak rumput laut K. alvarezii yang berbeda, kemudian dilakukannya uji yang meliputi uji organoleptik, uji stabilitas, uji tipe emulsi, uji clycling test, uji nilai pH, uji nilai SPF,. Hasil penelitian menunjukkan keempat ekstrak K. alvarezii memiliki serapan panjang gelombang pada daerah ultraviolet, untuk hasil analisis sediaan krim tabir surya menunjukkan krim tabir surya dari ekstrak K. alvarezii stabil secara fisik selama penyimpanan 28 hari, tidak ada perubahan warna dan bau, tidak terdapat pertumbuhan jamur, tipe emulsi  krim minyak dalam air dan memiliki nilai SPF >15 sehingga termasuk dalam kategori tabir surya ultra  Continuous exposure to ultraviolet rays can cause damage to the skin. Prevention efforts can use sunscreen cream preparations.seaweed K. alvarezii is a marine organism that is thought to contain compounds that can be used as natural sunscreen agents. The purpose of this study was to determine the characteristics of the sunscreen cream fromextract K. alvarezii. The sample used in this study was theseaweed K. alvarezii driedobtained from PT. Seaweed House, Bogor.seaweed was K. alvarezii extracted with solvents, namely n-hexane, ethyl acetate, methanol and distilled water. Sunscreen cream made, by adding four seaweed extract K. alvarezii different, then do a test covering the organoleptic test, stability test, test emulsion type,test clyclingtest, test the pH value, test the SPF value, . The results showed that the four extracts of K. alvarezii had wavelength absorption in the ultraviolet area, for the analysis of sunscreen cream preparations showed that the sun cream fromextract K. alvarezii was physically stable during 28 days of storage, no change in color and odor, no growth. fungus, a type of oil-in-water cream emulsion and has an SPF value of> 15 so it is included in the ultra sunscreen category. 
Potensi dan Karakteristik Bakteri Simbion Karang Lunak Sinularia sp. sebagai Anti Bakteri Escherichia coli dari Perairan Pulau Gili Labak Madura Indonesia Eka Nurrahema Ning Asih; Ary Giri Dwi Kartika
Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.555 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v10i3.30689

Abstract

Gili Labak merupakan pulau kecil di Kabupaten Sumenep-Madura yang memiliki keanekaragaman karang lunak melimpah salah satunya Sinularia sp.. Beberapa studi literatur menyatakan bahwa Sinularia sp. memiliki berbagai jenis bakteri simbion yang berperan penting dalam siklus hidup karang lunak ini. Bakteri yang bersimbiosis dengan Sinularia sp. memiliki potensi besar sebagai agen anti bakteri khususnya bakteri gram negatif Escherichia coli. Identifikasi isolat bakteri yang bersimbiosis dengan Sinularia sp. ini merupakan alternatif upaya pemanfaatan sumberdaya karang lunak secara konservatif dan keberlanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi anti bakteri dan mengidentifikasi jenis bakteri simbion dari ekstrak karang lunak Sinularia Sp. yang berasal dari perairan Gili Labak Madura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji zona hambat bakteri menggunakan overlay dan metode difusi dengan media ZoBell 2216E. Karakteristik molekuler sampel diamati menggunakan metode PCR 16s rDNA dengan ekstraksi DNA menggunakan Chelex 100 dan Primer amplifikasi PCR 27F dan 1492R. Pohon filogenetik dibangun dengan menggunakan aplikasi MEGA 6. Hasil penelitian diketahui dari 4 isolat bakteri (L2.2, L2.3, L2.4, dan L2.5), terdapat 1 isolat yang yang memiliki aktivitas antibakteri Escherichia coli kuat yaitu Isolat L2.5. Isolat L2.5 memiliki diameter zona hambat terbesar yaitu 2.207 ± 0.401 cm. Strain bakteri aktif di Isolat L2.5 adalah Virgibacillus marismortui dengan kemiripan urutan 100%. Hasil penelitian ini menjadi informasi awal yang dapat digunakan sebagai referensi untuk mengoptimalkan potensi pemanfaatan bakteri Virgibacillus marismortui di bidang bioteknologi laut khususnya industri farmasi di masa yang akan datang. Gili Labak is a small island in Madura district which has a diversity of soft coral Sinularia sp. Several literature studies state that Sinularia sp. has various types of symbiotic bacteria that play an important role in the life cycle of this soft coral. This symbiotic bacterium with Sinularia sp. has great potential as an antibacterial agent especially inhibiting of gram-negative bacteria Escherichia coli. Identification of bacterial isolates that are in symbiosis with Sinularia sp. is an alternative to conservative and sustainable use of soft coral resources. This study aims to determine the anti-bacterial potential and identify the type of bacteria from the soft coral extract of Sinularia sp. from the waters of Gili Labak-Madura. The method used in this research is bacterial inhibition zone test using overlay and diffusion methods with ZoBell 2216E media. Molecular characteristics of samples were observed using PCR 16s rDNA method with DNA extraction using Chelex 100 and PCR amplification primers 27F and 1492R. Phylogenetic trees were constructed using MEGA 6 application. The results showed that there were 4 isolates (L2.2, L2.3, L2.4, and L2.5), there was 1 isolate that had strong Escherichia coli antibacterial activity, namely Isolate L2.5. L2.5 isolate has the largest inhibitory zone diameter of 2.207 ± 0.401 cm. The active bacterial strain in the L2.5 isolate was Virgibacillus marismortui with 100% sequence similarity. The results of this study serve as initial information that can be used as a reference to optimize the potential utilization of Virgibacillus marismortui bacteria in marine biotechnology, especially the pharmaceutical industry in the future.
Pengolahan Bioplastik Dari Campuran Gliserol, CMC Dan Karagenan Muhammad Abdul Zaky; Rini Pramesti; Ali Ridlo
Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.04 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v10i3.28491

Abstract

Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah di laut dan 3,2 juta ton di antaranya adalah plastik. Pencemaran tersebut mendorong pencarian plastik berbahan dasar ramah lingkungan yang dapat terurai . Bioplastik yang merupakan alternatif kemasan plastik dan bersifat ramah lingkungan. Berbagai bahan dasar pembuatan bioplastik telah ditemukan, salah satunya dasar karagenan. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik bioplastik hasil ekstraksi karagenan rumput laut Kappaphycus alvarezii dan mengetahui konsentrasi terbaik bioplastik hasil ekstraksi karagenan berdasarkan tebal film, kuat tarik dan persen pemanjangan. Metode yang digunakan adalah eksperimental laboratoris. Ekstraksi menggunakan perlakuan alkali dengan larutan KOH. Proses ekstraksi menghasilkan tepung karagenan yang digunakan sebagai bahan pembuatan bioplastik. Pembuatan bioplastik menggunakan campuran karagenan dengan 5 variasi massa karagenan, gliserol 10 ml dan 1,2 g CMC. Hasil ekstraksi menghasilkan rendemen 41,12%, kadar air 2,75%, kadar abu 19,10%, kekuatan gel 452,38 dyne/cm2dan viskositas 8,33 cP. Hasil penelitian tentang nilai ketebalan film bioplastik terbaik pada karagenan 3,5 g yaitu 0,093 mm, kuat tarik terbaik pada 1,5 g yaitu 2,587 Mpa, elongasi terbaik pada karagenan 1,5 g sebesar 44,992%. Berdasarkan data tersebut, hasil penelitian ini dapat diaplikasikan sebagai kemasan primer produk pangan. Sea pollution in Indonesia has increased every year with one of the pollutants is plastic. Indonesia produces 64 million tons of waste at sea and 3.2 million tons of which are plastic. The pollution is encouraging researchers to create plastic-based materials that are environmentally friendly and biodegradable. Bioplastics are an environmentally friendly alternative to plastic packaging. This study aims to determine the characteristics of bioplastics extracted from Kappaphycus alvarezii seaweed carrageenan and determine the best concentration of bioplastics from the extraction based on film thickness, tensile strength, and elongation percentage. The method that used in the research is experimental laboratory. The extraction uses alkaline treatment with KOH solution. The extraction process produces carrageenan flour which will be used as a bioplastic material. Making bioplastics using a mixture of carrageenan with 5 variations of concentration, glycerol 10 ml and 1.2 g CMC. The results of extraction showing 41.12% yield, 2.75% moisture content, 19.10% ash content, 452.38 dyne / cm2 gel strength, 8.33 cP viscosity. Carrageenan with the best value of bioplastic film thickness is 3.5 g which is 0.093 mm, the best tensile strength is achieved at 1.5 g with a tensile strength value of 2.587 MPa, the best elongation is achieved at 1.5 g with a value of 44.992%. Based on data showing that this research can be applied as primary packaging for food products.
Estimasi Biomassa dan Simpanan Karbon pada Vegetasi Lamun di Perairan Pantai Jepara Radila Widya Shafiya; Ali Djunaedi; Raden Ario
Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.509 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v10i3.30998

Abstract

Peningkatan emisi karbon yang berasal dari berbagai aktivitas manusisa dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Salah satu upaya untuk mengurangi emisi gas karbon adalah dengan memanfaatkan vegetasi pesisir seperti lamun yang dikenal dengan istilah blue carbon. Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang dapat menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan, tutupan lamun, nilai biomassa dan simpanan karbon pada lamun di Pantai Blebak dan Pantai Prawean, Kabupaten Jepara. Metode survei dan penentuan lokasi dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, sedangkan metode pengambilan data lamun melalui metode line transect quadrant dengan ukuran 50x50 cm yang mengacu pada metode LIPI 2017. Perhitungan kandungan karbon menggunakan metode Loss On Ignition (LOI). Hasil kerapatan lamun total pada Pantai Prawean yaitu sebesar 221,45 ind/m2 dan nilai tutupan total lamun sebesar 45,98%. Kerapatan lamun total pada Pantai Blebak yaitu sebesar 160 ind/m2 dan nilai tutupan total lamun sebesar 41,67%. Nilai biomassa bawah substrat dan atas substrat pada Pantai Prawean (726,25 gbk/m2 dan 500,50 gbk/m2) menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan nilai biomassa bawah substrat dan atas substrat pada Pantai Blebak (606,50 gbk/m2 dan 370,75 gbk/m2). Total kandungan karbon pada Pantai Prawean adalah 464,10 gC/m2 sedangkan pada Pantai Blebak adalah 357,79 gC/m2. Hasil perhitungan total stok karbon yang didapatkan menunjukkan bahwa Pantai Prawean memiliki nilai biomassa dan total stok karbon yang lebih tinggi daripada Pantai Blebak.  Human activities lead to the increasing of carbon emission, which caused global warming. Seagrass and other coastal vegetation are being used to reduce carbon emission. This is known as blue carbon. The seagrass ecosystem is one of coastal ecosystem that can absorb and stock high amount of carbon in a short period of time. This study was done to determine the density, seagrass coverage, biomass, and carbon stock within the seagrass in Prawean and Blebak Beach, Jepara. Survey method and location determination method were done with purposive sampling method. Whereas, the seagrass data was collected by Line Transect Quadrant method 50x50 cm based on LIPI’s 2017 method. Loss on Ignition method was used to measure the carbon’s content. The density of total seagrass in Prawean beach is 221,45 ind/m2 and the total percentage of seagrass coverage is 45,98%. Total density of seagrass in Blebak Beach is 160 ind/m2 with a coverage percentage of 41,67%. The biomass below the substrate level and above the substrate level in Prawean Beach (726,25 gbk/m2 and 500,50 gbk/m2) showed a bigger amount than the amount of biomass in Blebak Beach (606,50 gbk/m2 and 370,75 gbk/m2). Total amount of carbon in Prawean is 464,10 gC/m2 meanwhile in Blebak, the amount of carbon is 357,79 gC/m2. The results of the total carbon stock obtained indicate that Prawean Beach has higher biomass and total carbon stock values than Blebak Beach.
Pengaruh Lama Waktu Pengukusan Suhu Suwari Terhadap Karakteristik Kamaboko Ikan Euthynnus affinis, Cantor 1849 Krisman Umbu Henggu; Petrus Takanjanji; Efran Yohanes; Noven Tinggi Nalu; Astuti Bomba Amah; Marlon Jusak Rinaldy Benu
Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.405 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v10i3.31344

Abstract

Kelimpahan ikan tongkol di Kabupaten Sumba Timur tersebut, tidak berkorelasi positif terhadap pemanfaatannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk meningkatkan pemanfaatan ikan tongkol. Salah satu produk yang dapat dihasilkan dari ikan tongkol ialah kamaboko. Faktor yang paling penting dalam produk kamaboko ialah kualitas kimia serta korelasinya terhadap kualitas organoleptik dan fisik (uji gigit). Penelitian ini difokuskan pada pengaruh perbedaan lama waktu pengukusan kamaboko pada suhu suwari (20 menit dan 30 menit) terhadap karakteristik fisika-kimia dan tingkat penerimaan produk kamaboko dari ikan tongkol. Data yang diperoleh lalu dianalisis statistik menggunakan uji beda (t-independent). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan suhu pengukusan kamaboko 20 menit dan 30 menit memiliki kadar air berkisar 77,04-78,99%, protein 10,49-10,79% (berat basah), lemak kasar 2,91-2,12% (berat basah) dan pH berkisar 7. Hasil analisis statistik menunjukkan lama pengukusan hanya memberikan dampak signifikan (P<0,05) terhadap kadar air kamaboko. Sedangkan kualitas organoleptik menunjukkan, semakin lama waktu pengukusan pada suhu suwari, semakin tinggi tingkat kesukaan panelis terhadap warna yang mencapai skor 7 atau skala “suka”, tekstur yang mencapai skor 7-8 (suka hingga sangat suka), memiliki skor 6-7 (agak suka hingga suka) dan rasa kamaboko memiliki skor 7-8. Demikian pula pada tingkat kekenyalan (springiness) kamaboko, semakin lama waktu pengukusan tingkat kekenyalan semakin tinggi. Hasil analisis statistik tingkat kekenyalan kamaboko yang dihasilkan dengan perlakuan lama pengukusan suhu suwari tidak terdapat perbedaan nyata (P>0,05)  The abundance of tuna in East Sumba Regency is not positively correlated with its utilization. Therefore, further processing is needed to increase the utilization of tuna. One of the products that can be produced from tuna is kamaboko. This study focused on the effect of differences in kamaboko steaming time at suwari temperature on the physico-chemical characteristics and the level of acceptance of kamaboko products from Euthynnus affini. The data obtained were then analyzed statistically using a different test (t-independent). The results showed that the kamaboko steaming temperature treatment of 20 minutes and 30 minutes had moisture ranging from 77.04-78.99%, protein 10.49-10.79% (wet weight), crude fat 2.91-2.12% (wet weight) and pH around 7. The results of statistical analysis showed that the steaming time only had a significant impact (P<0.05) on the water content of kamaboko. Meanwhile, the organoleptic quality showed that the longer the steaming time at the Suwari temperature, the higher the panelist's preference for colors that reached a score of 7 or the "like" scale, textures that reached a score of 7-8 (“like” to “very like”), the appearance of a score of 6-7 (“somewhat like” to “like”) and the taste of kamaboko has a score of 7-8. Similarly, at the level of springiness of kamaboko, the longer the steaming time the higher the elasticity level. The results of statistical analysis of the elasticity level of kamaboko produced by the long treatment of steaming the temperature of Suwari there was no significant difference (P>0.05).   
Korelasi Antara Daya Serap Gracilaria sp. Terhadap Konsentrasi Logam Berat Cu di Media Pemeliharaan Regina Amanda; Ria Azizah Tri Nuraini; Endang Supriyantini
Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.623 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v10i3.30732

Abstract

Pencemaran air terhadap lingkungan dapat menyebabkan dampak membahayakan yang dapat dirasakan oleh makhluk hidup. Salah satu logam berat yang sering mencemari air adalah logam berat tembaga (Cu). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan daya serap rumput laut Gracilaria sp. terhadap logam berat Cu dan pertumbuhannya. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratoris dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 4 perlakuan penambahan konsentrasi Cu, yaitu kontrol (0,54 ppm, sesuai dengan konsentrasi Cu pada air laut), 3 ppm, 6 ppm, 9 ppm dengan 3 kali pengulangan. Pengukuran kandungan logam Cu terhadap Gracilaria sp. dengan menggunakan Atomic Absorpsion Spektofotometri (AAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan logam berat Cu tertinggi terdapat pada konsentrasi 9 ppm, yaitu sebesar 3,63 ppm dan terendah pada kontrol yaitu sebesar 0,27 ppm.. Pertumbuhan Gracilaria sp. tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol dengan pertambahan berat sebesar 209,2 gram dan  terendah pada konsentrasi 9 ppm, yaitu sebesar 162,9 gram. Semakin tinggi konsentrasi Cu yang diberikan maka semakin rendah pertumbuhan Gracilaria sp. Water pollution to the environment can cause dangerous impacts that can be felt by living things. One of the heavy metals that often pollutes water is the heavy metal copper (Cu). The purpose of this study was to determine the absorption capacity of Gracilaria sp. to the heavy metal Cu and its growth. This study used a laboratory experimental method with a completely randomized design (RAL) using 4 additional treatments of Cu concentration, namely control (0.54 ppm, according to the Cu concentration in seawater), 3 ppm, 6 ppm, 9 ppm with 3 repetitions. Measurement of Cu metal content against Gracilaria sp. by using Atomic Absorption Spectophotometry (AAS). The results showed that the highest absorption of heavy metal Cu was at a concentration of 9 ppm, which was 3.63 ppm and the lowest was 0,27 ppm in control.. The Growth of Gracilaria sp. The highest was found in the control treatment with a weight gain of 209.2 grams and the lowest was at a concentration of 9 ppm, which was 162.9 grams. The higher the concentration of Cu given, the lower the growth of Gracilaria sp. 
Pengaruh Konsentrasi Pupuk Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Kandungan Klorofil-a Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Harvey) Puti Sukma Rahma Dini; A.B. Susanto; Rini Pramesti
Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.669 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v10i3.29183

Abstract

Rumput laut ini merupakan sumber komoditi laut yang popular dalam perdagangan dan menjadi sumber pendapatan masyarakat pesisir dan negara. G. verrucosa merupakan salah satu jenis rumput laut yang termasuk komoditi ekspor. Budidaya G. verrucosa masih dipengaruhi oleh faktor lingkungan sehingga pertumbuhannya terhambat dan kualitas panen menurun. Upaya peningkatan produksi dengan hasil pertumbuhan yang baik dilakukan pemberian nutrien. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan pupuk cair dengan konsentrasi yang berbeda terhadap pertumbuhan, kandungan klorofil dan kadar air G. verrucosa. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - April 2020 dilaksanakan secara eksperimental laboratorium dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan perbedaan konsentrasi penambahan pupuk cair tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah G. verrucosa, perlakuan kontrol (tanpa penambahan pupuk) menghasilkan kandungan klorofil paling tinggi dan perlakuan penambahan pupuk cair dengan konsentrasi 6 ml/L menghasilkan kadar air paling tinggi yaitu 46,21 g, penambahan pupuk cair tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, kandungan klorofil dan kadar air G. verrucosa. Seaweeds are a source of marine commodities which is popular in trade and is a source of income for coastal communities and the state. G.verrucosa is one type of seaweed which is an export commodity. G.verrucosa cultivation is still influenced by environmental factors so that growth is stunted and the quality of the harvest decreases. The efforts to increase production with good growth results are carried out by providing nutrients. The purpose of this study was to determine the effect of adding liquid fertilizer with different concentrations on the growth, chlorophyll content and moisture content of G.verrucosa. This research was conducted in March - April 2020 carried out in an experimental laboratory using the Completely Randomized Design (CRD) method. Based on the results of the study, the treatment of different concentrations of addition of liquid fertilizer have no significant effect on the wet weight of G.verrucosa, the control treatment (without the addition of fertilizer) produced the highest chlorophyll content and the addition of liquid fertilizer with a concentration of 6 ml / L produced the highest water content, namely 46,21 g, the addition of liquid fertilizer did not significantly affect the growth, chlorophyll content and moisture content of G.verrucosa. 
Biomasa dan Simpanan Karbon pada Ekosistem Lamun di Perairan Batulawang dan Pulau Sintok Taman Nasional Karimunjawa, Jepara Annisa Rhamadany; Chrisna Adhi Suryono; Delianis Pringgenies
Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.721 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v10i3.31692

Abstract

Ekosistem lamun memiliki fungsi ekologi dan ekonomi yang tinggi. Peran ekosistem lamun dalam penyimpanan karbon akan tetapi masih belum menjadi sorotan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui nilai biomassa dan estimasi simpanan karbon pada ekosistem lamun di Perairan Batulawang, Pulau Kemujan serta Pulau Sintok, Taman Nasional Karimunjawa. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 – 14 Noevmber 2019 di Perairan Batulawang dan Pulau Sintok, Taman Nasional Karimunjawa. Metode penelitian di lapangan menggunakan metode SeagrassWatch, sementara nilai biomassa dan nilai estimasi simpanan karbon dihitung menggunakan metode Metode Loss of Ignition (LOI) di laboratorium. Data yang diperoleh berupa pengukuran berat kering untuk menghitung biomassa dan analisa kandungan karbon pada lamun dan sedimen. Hasil penelitian didapatkan empat jenis lamun di Perairan Batulawang yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata, dan Thalassodendron ciliatum sedangkan di Pulau Sintok terdapat tiga jenis lamun yang ditemukan yaitu Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Halophila ovalis. Nilai total biomassa lamun terbesar pada Perairan Batulawang yaitu Enhalus acoroides dengan nilai 849,75 gbk/m2 dan nilai total biomassa lamun terkecil Thalassodendron ciliatum dengan nilai 29 gbk/m2. Nilai total biomassa lamun terbesar pada Pulau Sintok yaitu Cymodocea rotundata dengan nilai 177,75 gbk/m2dan nilai total biomassa lamun terkecil Halophila ovalis dengan nilai 4,75 gbk/m2. Hasil pengukuran karbon lamun pada Perairan Batulawang yaitu 12,97 – 359,87 gC/m2­ dan 258,20 – 541,51 gC/m2 pada sedimennya. Hasil pengukuran karbon pada lamun di Pulau Sintok yaitu 2,35 – 85,80 gC/m2 dan 204,92 – 765,92 gC/m2 pada sedimen. Kandungan karbon paling besar terdapat pada bagian bawah substrat (below ground). Kandungan karbon pada bagian bawah substrat tidak terganggu oleh faktor lingkungan (gelombang, arus, dan ulah manusia) sehingga terakumulasi baik. Seagrass ecosystems have high ecological and economic functions. The role of seagrass ecosystems in carbon storage, however, has not yet been highlighted. The purpose of this study was to determine the value of biomass and estimated carbon storage in seagrass ecosystems in Batulawang waters, Kemujan Island and Sintok Island, Karimunjawa National Park. This research was conducted on 7 − 14 November 2019 in Batulawang waters and Sintok Island, Karimunjawa National Park. The research method in the field uses the SeagrassWatch method, while the biomass value and the estimated value of carbon storage are calculated using the Loss of Ignition (LOI) method in the laboratory. The data obtained were measurements of dry weight to calculate biomass and analysis of carbon content in seagrass and sediments. The result shows that there are four species of seagrass in Batulawang Waters, they are Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata, and Thalassodendron cliatum meanwhile in Sintok Island there are three species, they are, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, and Halophila ovalis. The measurement of carbon is done by using Loss on Ignition Method. The highest total seagrass biomass in Batulawang waters is Enhalus acoroides with a value of 849.75 gbk/m2 and the lowest total seagrass biomass is Thalassodendron ciliatum with a value of 29 gbk/m2. The highest total seagrass biomass on Sintok Island is Cymodocea rotundata with a value of 177.75 gbk/m2 and the lowest total seagrass biomass is Halophila ovalis with a value of 4.75 gbk/m2. The results of measurements of seagrass carbon in Batulawang waters are 12,97 – 359,87 gC/m2­ and 258,20 – 541,51 gC/m2 on the sediments. The result of seagrass carbon measurement in Sintok Island is 2,35 – 85,80 gC/m2 and 204,92 – 765,92 gC/m2 on the sediments. The largest carbon content is at the bottom of the substrate (below ground). The carbon content at the bottom of the substrate is not disturbed by environmental factors (waves, currents, and human activities) so that it accumulates well.
Evaluasi Kesesuaian Perairan sebagai Kawasan Budidaya Kappaphycus alvarezii Doty 1985 (Florideophyceae : Solieriaceae), di Kecamatan Jepara Sarah Pebriyani Turnip; Ali Djunaedi; Sunaryo Sunaryo
Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.469 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v10i3.31227

Abstract

Rumput laut merupakan salah satu komoditas utama dalam budidaya perikanan yang dapat di budidayakan secara masal sehingga dapat dikatakan merupakan komoditas yang strategis. Karakteristik perairan secara fisika dan kimia Perairan Jepara memiliki potensi untuk pengembangan budidaya rumput laut. Namun di Kabupaten Jepara hanya Pantai Karimunjawa yang dimanfaatkan menjadi kawasan budidaya rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian perairan berdasarkan kualitas air untuk kawasan budidaya rumput laut (K. alvarezii) di perairan Kecamatan Jepara yang terkait parameter fisika dan kimia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan metode survei pengamatan langsung pada bulan Januari-Februari 2021 di 3 lokasi (stasiun) yaitu Pantai Kartini, Pantai Prawean dan Pantai Bandengan. Analisis Kesesuaian perairan menggunakan metode pembobotan (scoring). Hasil evaluasi dari skoring penilaian kesesuaian perairan di Perairan Kecamatan Jepara menunjukkan bahwa Pantai Kartini, Prawean dan Bandengan sesuai untuk dijadikan kawasan budidaya rumput laut (K. alvarezii). Seaweed is one of the main commodities in aquaculture which can be cultivated en masse so that it can be said to be a strategic commodity. Physical and chemical characteristics of the waters in Jepara waters have the potential for the development of seaweed cultivation. However, in Jepara Regency, only Karimunjawa Beach is used as a seaweed cultivation area. This study aims to determine the level of water suitability based on water quality for the cultivation of seaweed (K. alvarezii) in the waters of Jepara District which are related to physical and chemical parameters. This research is a descriptive type of research with direct survey methods in January-February 2021 in 3 stations, namely Kartini Beach, Prawean Beach and Bandengan Beach. Water suitability analysis uses the scoring method. The results of the evaluation of the assessment of the suitability of waters in the waters of Jepara District show that Kartini, Prawean and Bandengan Beaches are suitable to be used as seaweed cultivation areas (K. alvarezii).
Studi Pertumbuhan Portunus pelagicus Linnaeus, 1758 (Portunidae:Malacostrata) di Perairan Tunggulsari, Rembang Diah Ayu Mustofa; Sri Redjeki; Delianis Pringgenies
Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.793 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v10i3.29157

Abstract

Rajungan merupakan komoditas perikanan yang banyak diminati baik dalam maupun luar negeri. Permintaan rajungan meningkat setiap tahunnya. Desa Tunggulsari merupakan desa penghasil rajungan di Rembang. Desa ini terletak di Kecamatan Kaliori dengan 78,35% penduduknya nelayan. Penangkapan rajungan terjadi setiap hari tanpa adanya restocking. Kondisi ini dapat menyebabkan overfishing dan berdampak pada kelestarian rajungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan rajungan (Portunus pelagicus) hasil tangkapan nelayan di Desa Tunggulsari, Rembang meliputi distribusi lebar karapas dan pola pertumbuhan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini berlangsung selama 30 hari dengan pengambilan 100 sampel rajungan per hari. Hasil penelitian ini diketahui ukuran rajungan terdistribusi antara 49–178 mm dengan pola pertumbuhan allometrik negatif dengan nilai b=2,8575. Berdasarkan penelitian terdapat 64 % rajungan yang layak tangkap dan 36 % rajungan yang tak layak tangkap meliputi rajungan muda berukuran <10 cm. Berdasarkan data, nelayan belum menerapkan PERMEN KP No. 12 Tahun 2020 tentang penangkapan rajungan. Hal ini akan berdampak pada kondisi rajungan di wilayah Tunggulsari.  Blue swimming crab fishery commodity that has high demand both at home and abroad. Tunggulsari is one of the villages in Rembang where people catch blueswimmingcrab. It’s located in Kaliori Sub-district with 78.35% population of fishermen. Blue swimming crab is catched every day without any restocking. This condition cause overfishing and impact on the sustainability of blue swimming crab. This research aims to study the growth of blueswimming crab (Portunus pelagicus) in Tunggulsari, Rembang include distribution of width and growth pattern. The method used in this research is descriptive. This research lasted for 30 days by taking 100 sample/day. The results is the width is distributed between 49–178 mm and has a negative allometric growth pattern with value of b=2.8575. Based on the research, there are 64% blueswimming crab that worth to catch and 36% blueswimming crab that doesn’t worth to catch include young crab which size <10 cm. Based on the data, fishermen have not implemented Government Regulation No. 12, 2020 regarding catching crabs. This impact on the condition of the crabs in the Tunggulsari area.‎ Based on the research, there are 64% of crabs that are suitable for catching and 36% of crabs that are not suitable for catching include young crabs measuring <10 cm Based on the data, fishermen have not implemented Government Regulation No. 12, 2020 concerning the Crab Regulation. This will have an impact on the chopping conditions in the Tunggulsari area.‎ 

Page 1 of 2 | Total Record : 17


Filter by Year

2021 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 12, No 4 (2023): Journal of Marine Research Vol 12, No 3 (2023): Journal of Marine Research Vol 12, No 2 (2023): Journal of Marine Research Vol 12, No 1 (2023): Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research Vol 11, No 3 (2022): Journal of Marine Research Vol 11, No 2 (2022): Journal of Marine Research Vol 11, No 1 (2022): Journal of Marine Research Vol 10, No 4 (2021): Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research Vol 10, No 2 (2021): Journal of Marine Research Vol 10, No 1 (2021): Journal of Marine Research Vol 9, No 4 (2020): Journal of Marine Research Vol 9, No 3 (2020): Journal of Marine Research Vol 9, No 2 (2020): Journal of Marine Research Vol 9, No 1 (2020): Journal of Marine Research Vol 8, No 4 (2019): Journal of Marine Research Vol 8, No 3 (2019): Journal of Marine Research Vol 8, No 2 (2019): Journal of Marine Research Vol 8, No 1 (2019): Journal of Marine Research Vol 7, No 4 (2018): Journal of Marine Research Vol 7, No 3 (2018): Journal of Marine Research Vol 7, No 2 (2018): Journal of Marine Research Vol 7, No 1 (2018): Journal of Marine Research Vol 3, No 4 (2014): Journal of Marine Research Vol 3, No 3 (2014): Journal of Marine Research Vol 3, No 2 (2014): Journal of Marine Research Vol 3, No 1 (2014) : Journal of Marine Research Vol 2, No 4 (2013) : Journal of Marine Research Vol 2, No 3 (2013) : Journal of Marine Research Vol 2, No 2 (2013) : Journal of Marine Research Vol 2, No 1 (2013): Journal of Marine Research Vol 1, No 2 (2012): Journal of Marine Research Vol 1, No 1 (2012): Journal of Marine Research More Issue